ADA?
Yah Apa itu ADA??🔎
❓❔❓
❓❔❓
Saat beberapa orang diberikan pertanyaan, apa itu "ada"? sebagian orang mungkin malah akan bingung, lalu ada yang yang menjawab "ada ya ada, ya yang terlihat itu semuanya ada", ada yang memilih diam, tidak tau, dan mungkin sebagiannya lagi akan pergi sambil mengerutu tentang pertanyaan itu. Pertanyaan apa itu "ada" adalah pertanyaan yang terdengar sangat sederhana sekaligus aneh bagi kebanyakan orang. Kebanyakan mungkin tidak ada yang peduli dengan hal itu. Namun bagi saya sendiri, hal sederhana seperti itulah yang malah merupakan inti dari suatu hal. Inti merupakan patokan terhadap sesuatu, maka jika kita tidak mengenal, mengerti, dan memahami inti dari suatu hal maka kedepannya sesuatu akan selalu salah untuk di kenal, dimengerti dan dipahami.
Apa itu "ada"? ada itu memiliki berbagai macam makna dan merupakan terjemahan dari bahasa inggirnya "exist, present, dan known". Contohnya ada exist itu seperti "bunga itu ada" lalu present "si Tikim ada di pasar" dan know "cinta itu ada". lalu apa "ada" itu lebih jelasnya? Menurut saya "ada" adalah segala sesuatu yang terkonsep didalam mind. "ada" tidak perlu harus berbentuk fisik, dapat di indra, atau dirasa. Hanya dibicarakan atau dipikirkan saja hal itu sudah bisa dikatakan "ada". Karena ketika suatu mind membentuk konsep tentang suatu hal, maka hal itu "ada". Katakanlah seperti hal tentang cinta, lalu seseorang yang sedang galau bertanya kepada anda "apa cinta itu ada?" dan kebetulan sekali anda adalah orang yang galau juga, maka anda malah akan menjawab "entahlah.. saya juga bingung, mungkin cinta itu memang tidak ada". Dari kasus ini terlihat bahwa kedua orang itu salah dalam memahami suatu hal, karena bagaimana mungkin "cinta" itu tidak ada sedangkan mereka membicarakan cinta? Artinya cinta itu "ada". Lalu bagaimana dengan sesuatu yang memiliki bentuk fisik? Misalnya kulkas atau buku? Bukankah itu sudah pasti ada? Ya, benar. Kulkas dan buku memang ada, tapi bentuk fisik atau wujud dari kulkas atau buku itu yang sudah bisa di ukur, dilihat, dirasa itu disebut sebagai materi nyata. Jadi, "ada" adalah suatu konsep di dalam mind, "ada" belum tentu berbentuk materi nyata, tapi materi nyata sudah pasti ada.
lalu, jika "ada" adalah suatu konsep di dalam mind, apakah ada sesuatu yang tidak terkonsep didalam mind? Bagi saya jawabannya adalah "tidak" sekaligus "salah". karena masalahnya apa yang tidak terkonsep di dalam mind? segala sesuatu bisa terkonsep di dalam mind, justru yang sudah ada di dalam mind merupakan konsep. Maka pertanyaan itu salah. Dan pertanyaan yang benar adalah, apakah ada sesuatu yang belum terkonsep di dalam mind? Maka jawabannya "iya" tentu saja ada sesuatu yang belum terkonsep di dalam mind. Lalu bagaimana mungkin ada sesuatu yang belum terkonsep? Jawabannya gampang, yaitu karena kita belum memikirkan hal itu atau belum terpikirkan tentang hal itu. Misalnya, ada seseorang yang belum pernah pergi ke pulau Jawa, belum tau makanan orang jawa, belum tau bentuk kota jawa, dan secara tiba-tiba anda pergi ke pulau jawa dan makan di sebuah warung. Saat itu ada sebuah makanan yang isinya kacang panjang, timun, daun kemangi dan kol. Anda sebagai orang awam yang belum pernah melihat makanan seperti itu maka akan mengatakan itu adalah sayur-sayuran atau apalah mungkin, padahal nama sebenarnya adalah lalapan. Namun karena anda adalah orang awam maka anda belum tau nama itu, sehingga ketika di beri tau barulah anda tau kalo makanan yang terdiri dari timun dan lain-lainya itu adalah lalapan, maka secara otomatis terkonseplah di dalam mind dengan apa yang disebut sebagai lalapan. Lalu contoh satu lagi, ada sebuah kursi yang tiba-tiba saja bergerak dari lokasi "A" ke lokasi "B", maka bagi ilmuan akan beranggapan bahwa yang menyebabkan hal itu adalah getaran sedangkan dukun akan beranggapan bahwa yang menyebabkan hal itu adalah roh. Gampangnya, ilmuan memiliki konsep getaran tapi dia belum memikirkan tentang konsep roh, sedangkan dukun sebaliknya, punya konsep tentang sesuatu yang disebut roh, tetapi belum memikirkan tentang konsep getaran.
Terakhir sebagai penutup, ada satu hal yang sangat saya pahami tentang mengapa kita belum tau tapi ada yang sudah tau, mengapa kita bisa sebut itu fiksi dan nyata, mengapa ada bentuk dan tidak berbentuk, terlihat dan tidak terlihat, terasa dan tidak terasa, asli dan palsu hingga berbagai macam hal lainnya? Yang membedakan itu semua adalah jumlah informasinya.
Referensi:
Quine "On What There Is"
Pemikiran sendiri
Diskusi bersama teman
Dan ceramah dosen di kelas Filsafat
Komentar
Posting Komentar